PUSATKARIER.COM - Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Immanuel Ebenezer, menyampaikan pentingnya mempersiapkan tenaga kerja menghadapi dampak disrupsi teknologi kecerdasan buatan (AI). Dalam pidatonya, Wamenaker menekankan bahwa perubahan besar ini akan memengaruhi dunia kerja secara signifikan.
Menurut Wamenaker, sebanyak 83 juta pekerjaan akan hilang akibat disrupsi AI, sementara hanya 69 juta pekerjaan baru yang akan tercipta. Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang ketimpangan tenaga kerja, terutama bagi kelompok pekerja yang kurang siap menghadapi perubahan ini.
“Sebanyak 83 juta pekerjaan akan hilang akibat disrupsi AI, sementara hanya 69 juta pekerjaan baru yang akan tercipta. Jika kita tidak mempersiapkan perempuan Indonesia, maka kesenjangan akan semakin dalam,” ujar Immanuel, dikutip dari laman Kemnaker, Selasa (29/04/2025).
Wamenaker juga mengingatkan bahwa kesenjangan yang lebih dalam dapat terjadi jika kelompok pekerja yang paling rentan, seperti perempuan, tidak dipersiapkan untuk menghadapi tantangan ini. Hal ini menggarisbawahi pentingnya program reskilling dan upskilling bagi tenaga kerja Indonesia.
Menurutnya, pemerintah perlu memastikan bahwa regulasi yang diterapkan dapat mendukung pekerja dalam beradaptasi dengan perubahan teknologi yang cepat. Hal ini tidak hanya berkaitan dengan penciptaan pekerjaan baru, tetapi juga dengan peningkatan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja yang terus berkembang.
Selain itu, Wamenaker menyarankan agar pemerintah mendorong pembentukan lembaga pengawasan teknologi dan ketenagakerjaan. Lembaga ini diharapkan dapat memastikan bahwa perkembangan teknologi tidak meninggalkan pihak-pihak yang tidak siap, seperti pekerja yang tidak terlatih atau rentan terhadap perubahan.
Kebijakan afirmatif yang melibatkan pelatihan ulang (reskilling) dan peningkatan keterampilan (upskilling) akan sangat penting. Wamenaker menekankan bahwa sektor-sektor yang terdampak langsung oleh otomatisasi dan AI harus cepat beradaptasi dengan skema pelatihan yang sesuai.
Dalam hal ini, peningkatan literasi digital menjadi kunci. Wamenaker menegaskan bahwa semua pekerja, termasuk mereka yang berada di sektor-sektor tradisional, perlu diberi kesempatan untuk memahami dan memanfaatkan teknologi baru dalam pekerjaan mereka.
“Pemerintah tidak hanya menyusun regulasi yang adil, tetapi juga mendorong pembentukan lembaga pengawasan teknologi dan ketenagakerjaan agar tidak ada pihak yang tertinggal,” ujar Wamenaker, menambahkan pentingnya kerja sama antara pemerintah dan sektor swasta.
Secara keseluruhan, Wamenaker mengingatkan bahwa kesiapan tenaga kerja Indonesia menghadapi disrupsi AI akan menjadi salah satu kunci utama dalam memastikan pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan berdaya saing.
Transformasi ini akan menuntut semua pihak untuk bekerja sama dalam menciptakan peluang baru di tengah tantangan teknologi. Pemerintah, menurut Wamenaker, harus memastikan bahwa tenaga kerja Indonesia dapat beradaptasi dengan cepat, melalui pelatihan dan peningkatan keterampilan yang tepat.
Dengan ancaman hilangnya 83 juta pekerjaan dan terbatasnya jumlah pekerjaan baru yang tercipta, Wamenaker menegaskan pentingnya sinergi antar lembaga dalam mewujudkan SDM Indonesia yang siap menghadapi era disrupsi digital.(*)